Contoh Karya Ilmiah Remaja(KIR) BAB 2 "Pengaruh Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Siswa"
Oke teman-teman kali ini saya akan membagikan contoh Karya Ilmiah Kemaja(KIR) dengan judul Pengaruh Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Siswa. kalau begitu berikut hasil laporannya:
BAB 2
KAJIAN
PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada umumnya berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang
terhadap perkembangan orang lain, menuju kearah suatu cita- cita tertentu
(Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1982), cet. 1.,
hlm. 6.). Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti
sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan
individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.
Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara
formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya(Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
cet. 15., hlm. 11.).
“Education is a process of overcoming natural inclination and
subtituting in its place habits acquired under external pressure” (John Dewey,
Experience and Education, 1st. Ed., (New York: Touchstone Rockefeller Center,
1997), hlm. 17.). (Pendidikan adalah proses mengatasi kecenderungn alami dan
menggantikannya dalam kebiasaan yang diperoleh dengan keadaan tertekan).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah
arahan dan bimbingan kepada seseorang dan merupakan pengaruh dari pengalaman
belajar yang terus-menerus dialami seseorang untuk mencapai sutu tingkat
kedewasaan.
1. Pendidikan Orang Tua
Dapat kita ketahui bahwa setiap orang tua mempunyai tingkat kehidupan
yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga mampu, dan ada yang berasal
dari keluarga kurang mampu. Ada yang berasal dari keluarga berpendidikan
tinggi, ada pula yang berasal dari keluarga berpendidikan rendah. Kesemuanya
itu mengakibatkan perbedaan tingkat pendidikan yang dialami seseorang. Bagi
mereka yang berasal dari keluarga mampu banyak mendapatkan kesempatan yang
setinggi-tingginya untuk sekolah, karena biaya mendukung. Sebaliknya pula bagi
mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, tidak banyak mendapatkan
kesempatan yang tinggi untuk sekolah karena biaya yang tidak mendukung.
Demikian juga bagi mereka yang berasal dari keluarga berpendidikan
tinggi, merekapun mungkin akan
memperoleh kesempatan untuk sekolah yang tinggi karena orang tuanya akan
mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Akan tetapi, bagi mereka yang
berasal dari keluarga kurang pendidikannya, mungkin mereka kurang banyak
mendapat kesempatan untuk sekolah karena orang tua kurang tahu akan tanggung
jawabnya pada pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu pengalaman yang dialami
seseorang khususnya pengalaman pendidikan berbeda-beda, baik dilihat dari jalur
maupun jenjang pendidikannya. Untuk lebih jelasnya, maka penulis uraikan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, antara lain:
2. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, tingkat pendidikan adalah jenjang
pendidikan yang dialami dalam suatu lembaga formal (maupun informal). Sedangkan
orang tua diartikan ayah-ibu kandung (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. 3., hlm.
802).
Adapun tingkat pendidikan orang tua yang dimaksud disini adalah jenjang pendidikan
formal yang dialami orang tua yaitu tingkat pendidikan dasar (lulusan SD/MI dan
SMP/MTs), tingkat pendidikan menengah (SMA/MA/SMK atau lainnya yang sederajat)
dan tingkat pendidikan tinggi (perguruan tinggi, diploma atau sarjana), jenjang
pendidikan informal dan jenjang pendidikan non formal.
3. Fungsi Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak- anak mereka,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian
bentuk pertama dri pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga (Zakiah
Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 35). Kegagalan orang tua dalam
membina anak untuk menjadikan anak yang baik tidak akan terjadi manakala orang
tuanya menjalankan fungsi atau perannya sebagai orang tua yang bertanggung
jawab terhadap anaknya.
Dalam keluarga, orang tua mempunyai peranan yang sangat vital terhadap
kemajuan keluarganya yang meliputi pendidikan anak- anaknya. Sehingga menurut
M. Ngalim Purwanto, orang tua dapat dikatakan sebagai pendidik sejati, pendidik
karena kodratnya (M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), cet. 13., hlm. 80).
Setiap orang tua memiliki keinginan agar anak-anaknya tumbuh berkembang
menjadi anak-anak yang berprestasi dalam pendidikan. Orang tua ingin agar
anak-anak mereka dapat meraih prestasi yang maksimal di sekolah. Mereka pun
mengharapka agar anak-anaknya memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia yang
dicintai oleh banyak orang.
Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi dan pengalaman
yang banyak tentunya akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya di dalam keluarga.
Sebab semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua maka akan bertambah luas pandangan dan wawasannya,
termasuk dalam mengatur keuarganya.
4. Arti Penting Pendidikan
Bahkan di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa antara orang yang “tahu”
(berilmu dan tingkat pendidikannya tinggi)berbeda dengan orang yang “tidak
tahu” (sedikit ilmunya dan berpendidikan rendah) dalam cara berpikirnya. Seb
agaimana firman Allah SWT. Dalam (Q.S. az- Zumar/39:9):
... Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran (Departemen Agama RI, AL-JUMANATUL ‘ALI Al-Qur’an
dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2005), hlm. 459).
Di dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa manusia yang beriman dan
berilmu (tinggi) akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Di dalam al-Quran
Allah SWT. telah berfirman dalam (Q.S. al- Mujadilah/58:11) :
“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Departemen Agama RI, AL-JUMANATUL ‘ALI
Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 543).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi tingkat pendidikan orang tua
dalam keluarga adalah akan dapat memajukan kepemimpinannya dalam keluarga,
terutama dalam mendidik anak- anaknya.
B. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005:3) menyatakan bahwa hasil belajar pada siswa
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta
didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan
dalam aspekkognitif, afektif dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006:10) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk
angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir
pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan
siswa dalam menerima materi pelajaran.
Eko Putro Widoyoko (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait
dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi
baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi
bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan
penilaian didahului dengan pengukuran.
Benyamin Bloom (Nana Sudjana , 2010: 22-31) mengemukakan secara garis
besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau
aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima
aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat
yang kompleks sebagai berikut.
1) Reciving/ attending (penerimaan)
2) Responding (jawaban)
3) Valuing (penilaian)
4) Organisasi
5) Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar;
2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris dan lain-lain;
4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan;
5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks;
6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tohirin (2006:155) mengungkapkan seseorang yang berubah tingkat
kognitifnya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan
perilakunya. Suharsimi Arikunto (2007: 121) mengungkapkan ranah kognitif pada
siswa SD yang cocok diterapkan adalah ingatan, pemahaman dan aplikasi,
sedangkan untuk analisis, sintesis, baru dapat dilatih di SMP dan SMA dan
Perguruan Tinggi secara bertahap sesuai urutan yang ada. Pengetahuan atau
ingatan merupakan proses berfikir yang paling rendah, misalnya mengingat rumus,
istilah, nama-nama tokoh atau nama-nama kota. Kemudian pemahaman adalah tipe
hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan, misalnya memberi contoh
lain dari yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus
lain. Sedangkan aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau
situasi khusus. Menerapkan abstraksi yaitu ide, teori atau petunjuk teknis ke
dalam situasi baru disebut aplikasi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, model atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan
belajar dan dinilai dalam periode tertentu.
Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 23).
Dalam pembatasan hasil pembelajaran yang akan diukur, peneliti mengambil
ranah kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan aplikasi (C3).
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap
Hasil Belajar Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa : orang tua artinya
ayah dan ibu (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta
: Pusat Bahasa, 2008), hal. 99).
Sedangkan menurut Miami M.Ed. dikemukakan bahwa : .orang tua adalah pria
dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung
jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya (Kartini Kartono,
Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan, (Jakarta :Rajawali
Press,1982), hal. 8).
Orang tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak,
kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur
pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam
pribadi anak yang sedang tumbuh. Salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk
mendapat anak yang akan menjadi generasi penerus.
Untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya di dalam mengembangkan dan
bimbingan generasi penerus yang baik, sehat jasmani dan rohani maka perlu pola
pemikiran yang terpadu antara suami istri atau orang tua yang berasal dari dua
kutub yang berbeda, mereka harus saling mempunyai toleransi dan penyesuaian
diri yang baik, sehingga kedua belah pihak saling melengkapi, bila
masing-masing dapat menahan diri untuk tidak mementingkan diri sendiri, maka
akan dapat tercipta suatu keluarga harmonis dan bahagia. Orang tua adalah figur
dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga diharapkan akan memberi
arah, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anaknya ke arah yang
lebih baik. Berdasarkan hal-hal yang diutarakan di atas dapat diperoleh
pengertian bahwa orang tua tidak hanya cukup memberi makan, minm dan pakaian
saja kepada anak- anaknya tetapi harus berusaha agar anaknya menjadi baik,
pandai, bahagia dan berguna bagi hidupnya dan masyarakat. Orang tua dituntut
harus dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara
jasmani dan rohani dapat bekembang secara optimal dan seimbang sementara
itu dalam tatanan keluarga, orang tua ditempatkan
pada kedudukanyang tinggi dan mulia. Kedudukan inilah yang menjadikan tanggung
jawab dan kewajiban anggota keluarga menjadi tanggung jawabnya. Keluarga
merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting dalam kehidupan anak
selain sekolah dan masyarakat.
Keluarga juga sebagai sentral pendidikan dalam segala aspek, baik agama,
pendidikan umum, sekaligus sebagai tempat untuk beribadah yang serempak untuk
mengembangkan anak – anak agar lebih berpotensi dalam segala hal.
Oleh karena itu, orang
tua hendaknya selalu berusaha menciptakan keluarga yang rukun karena pendidikan
anak dimulai dalam keluarga. Sedangkan sekolah dalam hal ini merupakan
pendidikan lanjutan.
Selain itu tingkat
pendidikan orang tua juga sangat menentukan hasil belajar anak. Dengan tingkat
pendidikan orang tua yang tinggi bisa memberikan pengetahuan, dan perhatian
yang baik untuk pendidikan anak, dibandingkan keluarga yang tingkap
pendidikannya rendah.
Jadi tingkat pendidikan
orang tua memiliki hubungan yang positif dalam pembentukan karakter dan hasil
belajar anak. Dengan pengetahuan dan
perhatian terhadap anak akan memberikan banyak motivasi belajar yang baik, baik
di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Tingkat pendidikan orangtua berpengaruh terhadap
hasil belajar atau prestasi siswa SMP N 1 Kalasan.
Sekian dulu dari saya, mohon maaf apabila ada kurang lebihnya, saya ucapkan Terimakasih
0 Response to "Contoh Karya Ilmiah Remaja(KIR) BAB 2 "Pengaruh Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Siswa""
Posting Komentar